BAB III
OBYEK DAN METODE PENELITIAN
3.1. Obyek Penelitian
3.1.1. Pengertian Obyek Penelitian
Obyek
adalah apa yang akan diselidiki dalam kegiatan penelitian. Beberapa persoalan
sekiranya perlu kita pahami agar bisa menentukan dan menyusun obyek penelitian
dalam metode penelitian kita ini dengan baik, yaitu berkaitan dengan apa itu
obyek penelitian dalam penelitian kualitatif, apa saja obyek penelitian dalam
penelitian kualitatif, dan criteria apa saja yang layak dijadikan obyek
penelitian kita.
Menurut
Nyoman Kutha Ratna (2010: 12),
Obyek adalah keseluruhan gejala yang ada di sekitar
kehidupan manusia. Apabila dilihat dari sumbernya, obyek dalam penelitian
kualitatif menurut Spradley disebut social situation atau situasi social
yang terdiri dari tiga elemen, yaitu tempat (place), pelaku (actors),
dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis (Sugiyono,
2007: 49).
Namun
sebenarnya, obyek penelitian kualitatif juga bukan semata-mata teratok pada
situasi social yang terdiri dari tiga elemen di atas, melainkan juga berupa
peristiwa alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, kendaraan, dan sejenisnya (Sugiyono,
2007: 50).
Objek penelitian adalah sifat keadaan (
“attributes”) dari sesuatu benda, orang, atau keadaan, yang menjadi pusat
perhatian atau sasaran penelitian. Sifat keadaan dimaksud bisa berupa sifat,
kuantitas, dan kualitas (benda, orang, dan lembaga), bisa berupa perilaku,
kegiatan, pendapat, pandangan penilaian, sikap pro-kontra atau
simpati-antipati, keadaan batin, dsb. (orang), bisa pula berupa proses dan
hasil proses (lembaga).
3.1.2. Macam Obyek Penelitian
Jika
dikaitkan dengan sumbernya, obyek penelitian dibedakan menjadi dua macam, yaitu
obyek primer dan obyek sekunder. Menurut pengertiannya, obyek primer adalah
obyek yang diperlukan melalui sumber pertama, sebaliknya obyek sekunder adalah
obyek yang diperoleh melalui sumber kedua. Sebagai contoh, ketika melakukan
wawancara, obyek primernya adalah hasil wawancara (mendalam), hasil diskusi
kelompok, bukan informan atau kelompok diskusi tersebur. Sementara itu objek
sekunder adalah dokumen-dokumen tertulis, buku-buku teks, dan barbagai hasil
pembicaraan lainnya yang secara keseluruhan berfungsi untuk mendukung sumber
obyek dan obyek primer tersebut. Sementara itu, sumber obyek sekunder pada
dasarnya juga masih dibedakan menjadi dua macam, yaitu (a) sumber yang masih
berkaitan langsung dengan masalah utama penelitian; (b) sumber secara umum,
seperti buku-buku teks dan referensi lain yang tidak berkaitan secara langsung,
tetapi memiliki relevensi, baik secara teoritis maupun metodologis.
Dilihat
dari fungsi dan kedudukannya, obyek penelitian juga dibedakan menjadi dua
macam, yaitu obyek formal dan obyek material. Obyek formal adalah obyek yang
dianalisis, obyek yang sesungguhnya. Sebaliknya, obyek material adalah
benda-benda yang di dalamnya terdapat obyek formal tersebut terikat.
3.1.3. Persyaratan Permasalahan Dijadikan Obyek
Penelitian
Persyaratan
bagi suatu permasalahan sehingga layak dijadikan obyek penelitian adalah
sebagai berikut :
1.
Permasalahannya baru.
2. Menarik minat baik bagi peneliti maupun pembaca (hasil
laporan penelitian kita).
3. Mempunyai relevansi, manfaat yang tinggi bagi
masyarakat.
4.
Mungkin dikembangkan bagi peneliti
berikutnya.
5.
Mungkin dilakukan sesuai dengan
waktu dan dana yang tersedia.
3.1.4. Cara Menentukan Obyek Penelitian
Beberapa
hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan obyek penelitian (Ratna, 2010:
16), yaitu sebagai berikut:
1. Obyek
penelitian harus sesuai dengan latar belakang kita (peneliti), baik latar
belakang social maupun akademis (khusus untuk penelitian individual).
2. Obyek
harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari peneliti sehingga penelitian
menjadi menarik.
3. Jangan
meneliti atau mengkaji bidang penelitian orang lain. Alasannya, selain
melanggar etika akademis, kita nantinya juga dianggap tidak memiliki kompetensi
terhadap bidang bersangkutan.
4. Obyek
penelitian, besar atau kecil ada di sekitar kita, di sekitar kehidupan manusia.
5. Obyek
penelitian disarankan jangan berada di tempat kerja atau tempat berdomisili
karena sangat sulit untuk mendapatkan obyektivitas.
Yang
dijadikan sumber data dalam penelitian ini adalah siswa MTs Sirojul Athfal
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a.
Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian, (Ari
Kunto 1992: 104) populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa MTs Sirojul
Athfal dan responden pada penelitian ini adalah sebanyak 40 orang.
b.
Sampel
Sampel adalah
sebagian atau wakil yang akan diteliti (Ari Kunto 1992: 104)
Dari seluruh
populasi tersebut semuanya dijadikan
sampel penelitian, dilihat dari prinsif penarikannya, penulis akan mempedomani
pendapat Ari Kunto (1992: 104) untuk subjek yang diambil adalah 66 orang. Karena
jumlah siswa di MTs Sirojul Athfal berjumlah 66 orang, maka semuanya
diikutsertakan dalam objek penelitian ini.
Karena
penelitian ini menggunakan desain deskriptif : studi kasus, maka sumber data
utama yang dipakai adalah berupa bahan-bahan dari lapangan. Berupa hasil
observasi, wawancara dan kuosioner. Adapun yang menjadi sumber pengumpulan data
adalah : Kepala Sekolah, Tenaga Pendidik, Tenaga Kependidikan, Peserta Didik,
Orang tua dan lingkungan.
3.2.
Metode
Penelitian
Menurut Sukmadinata (2005)
Dasar
penelitian kualitatif adalah
konstruktivisme yang berasumsi bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif
dan suatu pertukaran pengalaman sosial yang diinterpretasikan oleh setiap
individu. Peneliti
kualitatif percaya bahwa kebenaran adalah dinamis dan dapat
ditemukan hanya melalui penelaahan terhadap orang-orang melalui interaksinya
dengan situasi sosial mereka (Danim, 2002).
Penelitian
kualitatif mengkaji perspektif
partisipan dengan strategi-strategi yang bersifat interaktif dan fleksibel.
Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari
sudut pandang partisipan. Dengan demikian arti atau pengertian
penelitian kualitatif tersebut adalah penelitian
yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah dimana peneliti
merupakan instrumen kunci (Sugiyono, 2005).
Ada lima ciri pokok karakteristik metode penelitian kualitatif yaitu:
1. Menggunakan lingkungan
alamiah sebagai sumber data
Penelitian kualitatif menggunakan
lingkungan alamiah sebagai sumber data. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam suatu situasi sosial merupakan
kajian utama penelitian kualitatif. Peneliti pergi ke lokasi tersebut, memahami
dan mempelajari situasi. Studi dilakukan pada waktu interaksi berlangsung di
tempat kejadian. Peneliti mengamati, mencatat, bertanya, menggali sumber yang
erat hubungannya dengan peristiwa yang terjadi saat itu. Hasil-hasil yang
diperoleh pada saat itu segera disusun saat itu pula. Apa yang diamati pada
dasarnya tidak lepas dari konteks lingkungan di mana tingkah laku berlangsung.
2. Memiliki sifat deskriptif analitik
Penelitian kualitatif sifatnya
deskriptif analitik. Data yang
diperoleh seperti hasil pengamatan, hasil wawancara, hasil pemotretan, analisis
dokumen, catatan lapangan, disusun peneliti di lokasi penelitian, tidak
dituangkan dalam bentuk dan angka-angka. Peneliti segera melakukan analisis
data dengan memperkaya informasi, mencari hubungan, membandingkan, menemukan
pola atas dasar data aslinya (tidak ditransformasi dalam bentuk angka). Hasil
analisis data berupa pemaparan mengenai situasi yang diteliti yang disajikan
dalam bentuk uraian naratif. Hakikat pemaparan data pada umumnya menjawab
pertanyaan-pertanyaan mengapa dan bagaimana suatu fenomena terjadi. Untuk itu
peneliti dituntut memahami dan menguasai bidang ilmu yang ditelitinya sehingga
dapat memberikan justifikasi mengenai konsep dan makna yang terkandung dalam
data.
3. Tekanan pada proses bukan hasil
Tekanan penelitian kualitatif ada
pada proses bukan pada hasil. Data
dan informasi yang diperlukan berkenaan dengan pertanyaan apa, mengapa, dan
bagaimana untuk mengungkap proses bukan hasil suatu kegiatan. Apa yang
dilakukan, mengapa dilakukan dan bagaimana cara melakukannya memerlukan
pemaparan suatu proses mengenai fenomena tidak dapar dilakukan dengan ukuran
frekuensinya saja. Pertanyaan di atas menuntut gambaran nyata tentang kegiatan,
prosedur, alasan-alasan, dan interaksi yang terjadi dalam konteks lingkungan di
mana dan pada saat mana proses itu berlangsung. Proses alamiah dibiarkan
terjadi tanpa intervensi peneliti, sebab proses yang terkontrol tidak akan
menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Peneliti tidak perlu mentaransformasi
data menjadi angka untuk mengindari hilangnya informasi yang telah diperoleh.
Makna suatu proses dimunculkan konsep-konsepnya untuk membuat prinsip bahkan
teori sebagai suatu temuan atau hasil penelitian tersebut.
4. Bersifat induktif
Penelitian kualitatif sifatnya
induktif. Penelitian kualitatif tidak
dimulai dari deduksi teori, tetapi dimulai dari lapangan yakni fakta empiris.
Peneliti terjun ke lapangan, mempelajari suatu proses atau penemuan yang
tenjadi secara alami, mencatat, menganalisis, menafsirkan dan melaporkan serta
menarik kesimpulan-kesimpulan dari proses tersebut. Kesimpulan atau
generalisasi kepada lebih luas tidak dilakukan, sebab proses yang sama dalam
konteks lingkungan tertentu, tidak mungkin sama dalam konteks lingkungan yang
lain baik waktu maupun tempat. Temuan penelitian dalam bentuk konsep, prinsip,
hukum, teori dibangun dan dikembangkan dari lapangan bukan dari teori yang
telah ada. Prosesnya induktif yaitu dari data yang terpisah namun saling
berkaitan.
5. Mengutamakan makna
Penelitian kualitatif
mengutamakan makna. Makna
yang diungkap berkisar pada persepsi orang mengenai suatu peristiwa. Misalnya
penelitian tentang peran kepala sekolah dalam pembinaan guru, peneliti
memusatkan perhatian pada pendapat kepala sekolah tentang guru yang dibinanya.
Peneliti mencari informasi dari kepala sekolah dan pandangannya tentang
keberhasilan dan kegagalan membina guru. Apa yang dialami dalam membina guru,
mengapa guru gagal dibina, dan bagaimana hal itu terjadi. Sebagai bahan
pembanding peneliti mencari informasi dari guru agar dapat diperoleh
titik-titik temu dan pandangan mengenai mutu pembinaan yang dilakukan kepala
sekolah. Ketepatan informasi dari partisipan (kepala sekolah dan guru) diungkap
oleh peneliti agar dapat menginterpretasikan hasil penelitian secara sahih dan
tepat.
Berdasarkan ciri di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian
kualitatif tidak dimulai dari teori yang dipersiapkan
sebelumnya, tapi dimulai dari lapangan berdasarkan lingkungan alami. Data dan
informasi lapangan ditarik maknanya dan konsepnya, melalui pemaparan deskriptif
analitik, tanpa harus menggunakan angka, sebab lebih mengutamakan proses
terjadinya suatu peristiwa dalam situasi yang alami. Generalisasi tak perlu
dilakukan sebab deskripsi dan interpretasi terjadi dalam konteks dan situasi
tertentu. Realitas yang kompleks dan selalu berubah menuntut peneliti cukup
lama berada di lapangan.
Sejalan
dengan pendapat di atas, Bogdan dan Biklen (1992) menjelaskan bahwa bahwa ciri-ciri
metode penelitian kualitatif ada lima, yaitu:
·
Penelitian kualitatif
mempunyai setting yang alami sebagai sumber data langsung, dan peneliti sebagai
instrumen kunci.
·
Penelitian kualitatif adalah
penelitian yang deskriptif. Data yang dikumpulkan lebih banyak kata-kata atau
gambar-gambar daripada angka
·
Penelitian kualitatif lebih
memperhatikan proses daripada produk. Hal ini disebabkan oleh cara peneliti
mengumpulkan dan memaknai data, setting atau hubungan antar bagian yang sedang
diteliti akan jauh lebih jelas apabila diamati dalam proses.
·
Peneliti kualitatif mencoba
menganalisis data secara induktif: Peneliti tidak mencari data untuk
membuktikan hipotesis yang.mereka susun sebelum mulai penelitian, namun untuk
menyusun abstraksi.
·
Penelitian kualitatif
menitikberatkan pada makna bukan sekadar perilaku yang tampak.
Atas dasar penggunaanya, dapat
dikemukakan bahwa tujuan penelitian kualitatif dalam bidang pendidikan yaitu untuk:
- Mendeskripsikan suatu proses kegiatan pendidikan berdasarkan apa yang terjadi di lapangan sebagai bahan kajian lebih lanjut untuk menemukenali kekurangan dan kelemahan pendidikan sehingga dapat ditentukan upaya penyempurnaannya.
- Menganalisis dan menafsirkan suatu fakta, gejala dan peristiwa pendidikan yang terjadi di lapangan sebagaimana adanya dalam konteks ruang dan waktu serta situasi lingkungan pendidikan secara alami.
- Menyusun hipotesis berkenaan dengan konsep dan prinsip pendidikan berdasarkan data dan informasi yang terjadi di lapangan (induktif) untuk kepentingan pengujian lebih lanjut melalui pendekatan kuantitatif.
3.2.1.
Desain Penelitian
Penelitian adalah suatu proses mencari sesuatu secara sistematik dalam
waktu yang lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang
berlaku untuk dapat menghasilkan suatu penelitian yang baik. Untuk dapat
menghasilkan penelitian yang baik, maka dibutuhkan desain penelitian untuk
menunjang dan menberikan hasil penelitian yang sistematik. Desain penelitian
adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan
penelitian, yang membantu penelitian dalam pengumpulan dan menganalisis data.
Adapun desain penelitian
menurut Mc Millan dalam Ibnu Hadjar adalah rencana dan struktur penyelidikan
yang digunakan untuk memperoleh bukti-bukti empiris dalam menjawab pertanyaan
penelitian.
Definisi lain mengatakan bahwa desain (design)
penelitian adalah rencana atau rancangan yang dibuat oleh peneliti, sebagai
ancar-ancar kegiatan yang akan dilaksanakan
Dalam pengertian yang lebih luas, design penelitian
mencakup proses-proses berikut :
a) Identifikasi
dan pemilihan masalah penelitian
b) Pemilihan
kerangka konsepsual
c) Memformulasikan
masalah penelitian dan membuat hipotesis
d) Membangun
penyelidikan atau percobaan
e) Memilih
serta member definisi terhadap pengukuran variabel-variabel
f) Memilih prosedur dan teknik sampling yang digunakan
g) Menyusun
alat serta teknik untuk mengumpulkan data
h) Membuat coding, serta mengadakan editing dan prosesing data
i) Menganalisa data dan pemilihan prosedur statistik
j) Pelaporan hasil penelitian
Ruang lingkup design
penelitian terdiri dari :
a) Penentuan Judul
Penelitian
Penentuan judul penelitian sangat penting karena dapat
mengetahui objek penelitian, subjek apa yang akan diteliti, dimana lokasi
penelitian, tujuan yang ingin di capai dan sasarannya.
Ada beberapa petunjuk bagi seorang peneliti yang akan melakukan penelitian
dalam menentukan judul, yaitu :
· Keterjangkauan
· Ketersedian Data
· Signifikansi Judul yang dipilih
Beberapa syarat yang
diperlukan untuk memilih judul penelitian, yaitu :
· Judul
ditetapkan setelah peneliti mengetahui permasalahan pokok objek yang akan
diteliti
· Judul penelitian mencerminkan
keseluruhan isi penulisan
· Judul harus mengemukakan kalimat
singkat dan jelas
b)
Penentuan masalah penelitian.
Masalah penelitian itu merupakan pedoman kegiatan
penelitian. Dalam penelitian, masalah berperan untuk mengarahkan kegiatan
penelitian. Tanpa rumusan masalah, peneliti akan kesulitan dalam pelaksanaan
dan penulisan penelitiannya.
Beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam perumusan
masalah yaitu:
· Masih berhubungan dengan judul utama
· Mendukumg tujuan penelitian
· Mengembangkan atau memperluas
cara-cara pengujian suatu teori
· Memberikan sumbangan terhadap
metodelogi penenelitian
· Menunjukan variable-variabel yang
diteliti.
c) Penentuan tujuan
penelitian.
Tujuan penelitian dapat mengarahkan peneliti untuk
mencapai sasaran dan target yang ingin dicapai. Tujuan penelitian terdiri dari
tujuan utam dan tujuan sekunder. Tujuan utama sangat erat kaitannya dengan
judul dan masalah penelitian, sedangkan tujuan sekunder sangat tergantung pada
keinginan pribadi seorang peneliti, dengan kata lain lebih bersifat subjektif
bagi peneliti.
d) Penentuan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan
namun perlu menguji kebenarannya.
Ada beberapa cara untuk merumuskan hipotesis anatara lain yaitu sebagai
berikut:
· Hipotesis yang baik harus searah dan
mendukung Judul, Masalah, dan Tujuan Penelitian
· Hipotesis harus dapat diuji dengan
data empiris
· Hipotesis harus bersifat spesifik
Dalam statistik dikenal ada
dua macam hipotesis yaitu:
· Hipotesis nol (H0): hipotesis yang menyatakan adanya kesamaan dan tidak
ada perbedaan atau tidak ada pengaruh antara variabel yang satu dengan variabel
yang lain
· Hipotesis alternative (Ha): hipotesis yang
menyatakan adannya ketidaksamaan atau adanya perbedaan dan saling mempengaruhi
anatara variabel satu dengan variable yang lain
e) Penentuan
populasi dan sampel penelitian.
Yang
harus diperhatikan dalam menentukan sampel penelitian, adalah :
· Tentukan populasi di daerah
penelitian.
· Tentukan jumlah sampel yang akan
diteliti
· Tentukan metode pengambilan sampel
f) Penentuan metode dan teknik
pengumpulan data.
Metode pengumpulan data
terdiri atas beberapa cara yaitu :
· Osevasi
· Wawancara
· Angket
· Pengumpulan data skunder
· Pengumpulan data melalui penginderaan
jauh
g) Penentuan
cara mengolah dan menganalisis data.
Jenis-jenis Design Penelitian
Pengelompokkan design
penelitian yang menyeluruh belum dapat dibuat dewasa ini, karena masing-masing
ahli mengelompokkan jenis design penelitian sesuai dengan kondisi ilmuwan itu
sendiri.
Ilmuwan McGrath (1970)
mengelompokkan design penelitian menjadi lima,
yaitu :
·
Percobaan dengan control
·
Studi (belajar)
·
Survey (pengamatan)
·
Investigasi (meneliti)
·
Penelitian tindakan
Sedangkan menurut Barnes (1964), design penelitian dibagi
menjadi :
·
Studi “ Sebelum – Sesudah” dengan kelompok control
·
Studi “ Sesudah Saja” dengan kelompok control
·
Studi “ Sebelum – Sesudah” dengan satu kelompok
·
Studi “ Sesudah Saja” tanpa control
·
Percobaan ex post facto
Shah (1972) mencoba membagi design penelitian menjadi enam kenis,
yaitu :
·
Design untuk penelitian yang ada control
·
Design untuk studi deskriptif dan analitis
·
Design untuk studi lapangan
·
Design untuk studi dengan dimensi waktu
·
Design untuk studi evaluatif - nonevaluatif
·
Design dengan menggunakan data primer atau data sekunder
Design penelitian memiliki
beragam jenis dilihat dari berbagai perspektif, antara lain :
a) Desain penelitian
dilihat dari perumusan masalahnya ;
· Penelitian eksploratif
· Penelitian uji hipotesis
b) Desain
penelitian berdasarkan metode pengumpulan data ;
· Penelitian pengamatan
· Penelitian Survai
c) Desain
penelitian dilihat dari pengendalian variabel-variabel oleh peneliti ;
· Penelitian eksperimental
· Penelitian ex post facto
d) Desain penelitian menurut
tujuannya ;
· Penelitian deskriptif
· Penelitian komparatif
· Penelitian asosiatif
e) Desain penelitian menurut dimensi
waktunya ;
· Penelitian Time Series
· Penelitian Cross Section
f) Desain
Penelitian dilihat dari lingkungan studi dapat dikelompokkan;
· Studi dan Eksperimen
Lapangan
· Ekspreimen Laboratorium
Dalam
memecahkan masalah, design dimulai dengan mengadakan penyelidikan dan evaluasi
terhadap penelitian yang sudah dikerjakan dan diketahui. Dari penyelidikan itu,
akan terjawab bagaimana hipotesis dirumuskan dan diuji dengan data yang
diperoleh untuk memcahkan suatu masalah. Dari sini pula dapat dicari beberapa
petunjuk tentang design yang akan dibuat untuk penelitian yang akan
dikembangkan.
Design pelaksanaan penelitian meliputi proses
membuat percobaan atau pengamatan serta memilih pengukuran,-pengukuran
variabel, memilih prosedur dan teknik sampling,
alat-alat untuk mengumpulkan data kemudian membuat coding dan editing, serta
memproses data yang telah dikumpulkan.
Suchman (1967) telah membagi design
dalam pelaksanaan penelitian, yaitu :
§ Design sampel
§ Design alat (instrument)
§ Design administrasi
§ Design analisis
3.2.2.
Operasionalisasi
Variabel
Dalam setiap penelitian pasti terdapat variabel penelitian. Jumlah
variabel penelitian bisa hanya satu namun juga bisa lebih dari satu. Variabel
penelitian pada hakikatnya merupakan konsep yang nilainya ingin diketahui oleh
peneliti. Tidak sedikit variabel yang terlibat dalam suatu penelitian sifatnya
abstrak, dalam arti tidak jelas wujud dan ukurannya, sehingga sulit juga
ditentukan nilainya. Kalau variabel penelitiannya adalah tinggi badan
atau berat badan maka sifat kedua variabel tersebut relatif konkret . Peneliti
bisa segera mengukur nilai tinggi badan dengan meteran, sedangkan nilai
berat badan diukur menggunakan timbangan. Setelah dilakukan pengukuran maka
data nilai tentang tinggi dan berat badan diketahui. Namun jika variabel
penelitiannya bersifat abstrak, misalnya motivasi atau kepuasan kerja , maka
peneliti perlu menetapkan cara pengukuran variabel tersebut agar dapat
memperoleh nilai yang tepat bagi kedua variabel tersebut. Proses penentuan ukuran suatu variabel
tersebut dikenal dengan nama operasionalisasi variabel.
Kalau yang dimaksud dengan definisi operasional variabel adalah proses penentuan ukuran suatu variabel, maka
tidak semua variabel penelitian harus
disusun definisi operasionalnya . Misalnya
penelitian yang tujuannya adalah ingin mengetahui pengaruh iklan terhadap
volume penjualan. Iklan adalah variabel bebas dan volume penjualan adalah
variabel tergantung. Dari dua variabel tersebut yang perlu dilakukan
pengukuran-artinya disusun variabel operasionalnya adalah volume penjualan.
sedangkan variabel “iklan” tidak perlu. Yang perlu dilakukan oleh peneliti
adalah menyusun definisi konseptual variabel “iklan”. Jika metode penelitian
atau rancangan penelitian yang akan diterapkan adalah “pre and post test
design” maka peneliti harus membandingkan volume penjualan sebelum ada
iklan dengan volume penjualan setelah ada iklan. Kedudukan “iklan” dalam
rancangan penelitian tersebut adalah sebagai betuk “perlakuan” (treatment)